Senin, 10 Juni 2013

Taufik Kiemas ( Biografi )


Taufiq Kiemas adalah ketua MPR RI tahun 2009-2014. Taufiq juga bergelar Datuk Basa Batuah merupakan seorang keturunan Palembang-Minangkabau. Ayahnya adalah seorang guru yang pergi merantau ke Palembang. Sedangkan ibunya, Hamzathoen Roesyda, berasal dari kanagarian Sabu, Batipuah Ateh, Tanah Datar, Sumatera Barat.

Politikus Indonesia yang pernah menduduki posisi sebagai Bapak Negara RI ke-5 ini sempat menjadi anggota DPR RI selama dua periode berturut-turut dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk daerah pemilihan Jawa Barat II, yaitu untuk masa bakti 1999-2004 dan 2004-2005.

Taufiq aktif berorganisasi di bawah bendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang didirikan istrinya, Megawati. Saat ini,politisi yang juga pernah menjabat Dewan Kehormatan Pengurus Pusat Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PP PA GMNI) ini menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-12 untuk masa bakti tahun 2009 hingga 2014. Jabatan ini diemban Taufiq merangkap sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDI-P.

Tepat bersamaan dengan ulang tahun ke-70, Taufiq Kiemas meluncurkan biografinya yang berjudul Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam. Buku setebal 471 halaman itu berisi perjalanan hidup Taufiq Kiemas sejak kecil, besar di Yogyakarta, dan mulai masuk di kancah politik nasional, hingga menjadi ketua MPR

Profil dan Biografi Taufik Kiemas

Nama Lengkap : Taufiq Kiemas
Alias : Kiemas | Taufik
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Kamis, 31 Desember 1942
Zodiac : Capricorn
Warga Negara : Indonesia
Anak : Puan Maharani
Istri : Megawati Soekarnoputri

PENDIDIKAN

Sarjana Muda Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 1966
SMA Negeri 2 Palembang

KARIR

Ketua MPR 2009-2014
Anggota DPR periode 1987-1992, 2004-2009 dan 2009–2014

PENGHARGAAN

2003, mendapat gelar Datuk Basa Batuah

Sabtu, 01 Juni 2013

Walt Disney


Kehidupan Walt Disney dapat diringkas dalam pedoman yang diikuti oleh semua orang kaya. Barang siapa ingin suskes, harus bekerja berat, pantang menyerah, dan lebih mengikuti kegandrungan. Walter Elias Disney dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Ibunya, Flora Call, adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney, seorang keturunan Irlandia Kanada. Namun ada satu gagasan yang selalu mengusik pikiran Walt Disney gagasan bekerja sendiri terutama karena ia telah mendengar bahwa sebagian karyawan akan tidak diperlukan bila musim sibuk berlalu.


Ia gembira dengan prospek itu karena dua hal. Pertama, ia ingin berdiri sendiri, dan kedua, ia sangat ingin melakukan sesuatu yang baru dan orisinil, tidak hanya memenuhi keinginan bos dan para pelanggan. Disney, bersama dengan seorang teman, Ube Iwerks, mendirikan agen seni periklanannya yang pertama. Pelanggannya yang pertama adalah suatu rangkaian restoran. Disney dan temannya berhasil membuat kesepakatan dengan restoran untuk membangun bengkel kerjanya di bangunan restoran baru itu tanpa membayar sedikit pun. Sebagai imbalan, mereka harus membuat poster-poster iklan untuk restoran itu.

Di samping bekerja untuk memenuhi kontrak ini, mereka bebas untuk mengerjakan proyek lain. Untuk menarik pelanggan, Walt merancang suatu rencana khusus. Ia akan pergi ke suatu toko atau perusahaan dan mencari tahu apakah mereka mempunyai suatu bagian seni. Orang yang memegang pimpinan mungkin menjawab bahwa bagian itu tidak diperlukan. Lalu Walt akan menawarkan jasanya atas dasar freelance, hubungan lepas. Kalau perusahaan itu tidak mempunyai pekerjaan yang harus dikerjakannya, tidak apa-apa. Tetapi kapan pun ada pekerjaan semacam itu yang harus dikerjakan, Walt dan temannya siap memberikan jasanya. Dalam waktu singkat, cara kerja semacam itu memungkinkan Walt dan temannya menabung cukup banyak uang yang tak mungkin dikumpulkannya andaikan mereka bekerja pada satu perusahaan saja.

Bisnis ini tampak memberikan harapan besar, tetapi pada suatu hari Walt menemukan suatu iklan dalam koran yangmenyatakan bahwa Kansas City Film Ad Company memerlukan seorang kartunis. Ia menghadapi dilema: Apakah ia akan mempertahankan bisnisnya dengan Ube atau akan mencoba memenuhi impian sejak masa kanak-kanaknya untuk membuat animasi kartun? Sekali ia telah menguasai kemahiran baru, tak ada yang akan menghalangi dia memulai usahanya sendiri kembali.

Pertimbangan ini mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun 1920, Disney akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah nama bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di seluruh dunia.

KC Film Ac Company memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak berapa lama menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir. Walt menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar bohlam! Ketika poster itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul sesuatu yang baru di tempat ini: Saya sudah bosan dengan wajah-wajah cantik ini.”

Keorisinilan dan visi Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa teman dan atasan kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh sebab itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk menyempurnakan kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat beberapa lukisan dan seluloid, lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya memfilmkannya. Pimpinan tidak mau mendengar hal semacam itu. Mereka merasa bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup memberikan hasil sampai saat itu. Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik mereka, karena dengan cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia benar. Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa pulang salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak saat itu, Walt Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang.

Di sebuah garasi kosong yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan hasilnya kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudah-sudah. Film kartunnya yang pertama segera diputar di bioskop-bioskop.

Pada mulanya kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar penonton terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut film-film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan sejak itu di Kansas City Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik. Dalam waktu singkat Disney menjadi orang terkenal di kota itu.

Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Film-film kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor yang lebih luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar $15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi kenyataan pada waktu ia baru berumur 20 tahun.

Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya. Tetapi sukses tidak terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk memperbaiki hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera mengakibatkan kebangkrutan.

Ini merupakan masa suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya akhirnya berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki. Lebih jelek lagi, sekali seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk mandi.

Akhirnya ia berhasil mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney. “Mengapa?” tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya sepatuku ada di tempat tukang sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.”

Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa. Ada sebuah gagasan di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua uang di dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna abu-abu, pemuda kurus kering ini naik kereta api menuju Hollywood.
 
Ia bertekad kuat untuk menjadi orang penting dalam dunia perfilman.

Ketika tiba di Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang mengharapkan mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di rumahnya. Walt mulai mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia bekerja apa saja asal ada hubunganya dengan berfilman.

Untuk maju dalam suatu bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa pun pengorbanannya. Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film Hollywood. Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney tidak menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil masuk, mengapa ia tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa kalah dan terlantar bila mereka tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang dapat mencari penghasilan dengan cara apa pun dalam masa sulit. Disney selalu berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua.

Pengalaman mengajar dia bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia kembali ke papan gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia menggambar film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan Laugh-O-Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga ia membeli berseri-seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in Wonderland yang telah mulai dibuat oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh lebih besar daripada yang diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan sampai tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka lahirlah makhluk kecil cerdik yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey Mouse dengan cepat menjadi bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada banyak bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para produser menyambut kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat.

Kira-kira pada waktu itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film bisu. Disney pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode baru untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru untuk memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang baru. Dengan teknik baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua warna. Dalam film Bambi, ia menggunakan 46 rona warna hijau untuk hutannya. Kartun berwarnanya yang pertama, Silly Symphony, membuat para penggemar film kegirangan.

Disney makin menyadari bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih besar, ia harus membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten.

Disney merasa bahwa para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan cara-cara tipu daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah dengan mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia memutuskan pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan mengajarkan segala teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah itu segera mulai tampak seperti kebun binatang. Soalnya, untuk membuat tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah mengubah ruang kelasnya menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai binatang yang diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga, makan, dan lain-lain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat film-film dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada tahun 1938, Disney memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang pertama, Snow white. Untuk membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun penuh kerja keras. Film tersebut merupakan salah satu karya besarnya.

Tidak lama sesudah itu, ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di tempat itu ia akan mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah mencapai apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi. Saya khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya takut terjadinya perubahan mendadak dalam situasi ini.

Setelah Perang Duinia II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari ketentaraan untuk membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis makin sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada keahlian seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering membongkar-bongkar keranjang sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya untuk meneliti apa yang ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali mengandung gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.

Pada tahun 1950-an, impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang. Pada waktu itu, semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini gila-gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat menjadi kenyataan.

Gagasan menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan kedua putrinya, Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt Disney akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau apa pun dapat mengubah keputusannya.

Disneyland akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari besar bagi Walt Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini tidak akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan terus-menerus. Pada tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250 juta. Ketika Walt Disney meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah seorang penciptanya yang paling besar. Dua prinsip penting telah memotivasi seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan percaya akan gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima doktor honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia terkaya di dunia. Ia telah mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya yang paling muluk.

Biografi Benny Hinn

 Benny Hinn lahir 3 Desember 1952, di dalam kota pelabuhan Jaffa (bagian dari Tel Aviv yang modern)Israel, dimana keluarganya bertempat tinggal sebagai imigran ke Palestina dari Yunani. Pada tahun 1968, tidak lama setelah The Six-Day War, ia berimigrasi dengan keluarganya ke Canada.
Di dalam Pebruari 1972 Benny Hinn memasuki satu babak baru dalam hidupnya ketika ia menyerahkan hati dan hidupnya kepada Yesus Kristus , saat setelah para sahabat sekolah menengah berdoa dengan dia. Segera setelah itu, ia dipanggil untuk melayani pekerjaan Tuhan. Benny Hinn menikah tahun 1979, Benny Hinn dan istri nya, Suzanne, adalah orang tua yang bangga atas tiga putri dan seorang putra. Dari anak perempuannya yang tertua, Jessica bersama suaminya Pastor Michael Koulianos dianugerahi seorang anak laki-laki, dan memberikan cucu pertama untuk Pastor Benny dan Suzanne isterinya.

     Keluarga Hinn bertempat tinggal di daerah selatan Negara bagian California, yang secara strategis dekat dengan Ministry-nya yang memiliki studio televisi dan gereja di Aliso Viejo. Pusat dari Benny Hinn Ministries / World Healing Center Church ditempatkan di Grapevine, Texas. Benny Hinn yang lebih dari 30 tahun mengabdikan diri sebagai Negarawan, Penulis Buku, Penyiar Radio/Televisi, Mediator, dan Pengabar Injil.
Di dalam pelayanannya yang telah ke seluruh dunia selama lebih dari 30 tahun, Gembala Benny Hinn telah berkhotbah tentang Firman Tuhan secara bertatap muka dan melalui televisi kepada lebih dari satu milyar orang. Melalui Holy Spirit Miracle Crusades, Pelatihan untuk Ministry
Conferences, Siaran Televisi, Internet, Media Cetak, dan Rekaman-rekaman Audio-Video. Melalui setiap media yang mengabarkan Firman Tuhan secara lugas dan tanpa kompromi dalam melakukan penginjilan telah mengilhami jutaan orang dalam memperbaiki hubungan pribadi dengan Tuhan.
Pelayanan Pastor Benny juga sangat erat dengan penyelesaian krisis-krisis, Penyediaan rumah untuk anak-anak, Program pemberian pangan juga termasuk di dalamnya pelayanan di rumah sakit dan pelayanan gawat darurat. Dalam kurun waktu tahunan, Ministry yang dibentuknya tidak hanya menolong untuk membagikan makanan, pakaian, perlindungan/rumah, pendidikan, dan Pelatihan Religius kepada 46.368 anak kecil di seluruh dunia (termasuk membangun jaringan dengan 31 Ministry lain yang berbeda dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)), tetapi juga melakukan pelayanan pengobatan gratis bagi warga tidak mampu di rumah-rumah sakit di Calcutta, India. Dimana lebih dari 200.000 orang dirawat secara intensif. Dan juga Program Rumah Bapa untuk anak-anak di Mexico dan Filipina.


Memenangkan Yang Terhilang Dengan Segala Pengorbanan (Winning the Lost at Any Cost)
   Gembala Benny Hinn terus melanjutkan untuk memberikan pesan dari Allah dan menyembuhkan dengan kuasa Tuhan kepada seluruh dunia. Lebih dari sepuluh jutaan orang menghadiri Mukjizat Penyembuhan Roh Kudus setiap tahun. Mukjizat Pemulihan yang luar biasa pernah dilakukan di India yang dihadiri kurang lebih 7,3 juta audiens (dalam tiga sesi pelayanan), layanan penyembuhan yang paling besar di dalam sejarah yang dicatat. Dalam kurun waktu ini, ia telah disambut selama perjalanan-perjalanannya oleh para raja, perdana menteri, dan kepala-kepala negara, namun pesannya dari Firman Tuhan melanjutkan dengan kesungguhan hati, dan memotivasi dia untuk “pergi kamu ke seluruh dunia ,dan beritakanlah Injil ke segala makhluk” (Markus 16:15).

Setelah lebih dari 30 tahun di dalam pelayanan rohani sebagai negarawan, penulis, penyiar radio/televisi, mediator, dan pengabar Injil, Gembala Benny Hinn tetap tinggal terikat untuk memenangkan orang-orang yang terhilang dengan segala pengorbanan !

Jumat, 31 Mei 2013

Net. TV

NET. TV - Pasti udah banyak dari kalian yang di TVnya sekarang ada channel barunya yaitu NET. TV. Yups, NET. merupakan stasiun televisi di Indonesia terbaru yang sebenarnya merupakan Spacetoon yang berganti nama dan dengan tampilan yang lebih modern.
Founder NET. TV yakni Agus Lasmono dan Wishnutama Kusubandio. Agus sendiri merupakan pendiri Indika Group. Sebagai Wakil Komisaris Utama PT Indika Energy Tbk. Indika adalah sebuah perusahaan energi terkemuka di Indonesia. Sementara Wishnutama adalah seorang profesional di bidang media mantan Direktur Utama Trans TV. Menyelesaikan kuliah komunikasi di Mount Ida College Boston Amerika Serikat, namun lebih banyak mendapatkan ilmu pertelevisian dari Emerson College.

Sejarah NET. TV Indonesia

NET. TV atau PT. NET MEDIATAMA INDONESIA yang berdiri tahun 2012 ini adalah bagian dari kelompok usaha INDIKA GROUP. Meskipun bergerak di bidang usaha Energi & Sumberdaya di bawah bendera Indika Energy Tbk. (www.indikaenergy.com), berdirinya INDIKA dimulai dari sebuah visi untuk membangun usaha di bidang Media Hiburan dan Teknologi Informasi. Nama INDIKA sendiri merupakan singkatan dari Industri Multimedia dan Informatika. Saat ini, melalui PT. Indika Multimedia, INDIKA GROUP bergerak di bidang usaha Event Organizer, Promotor, Broadcast Equipment, Production House dan Radio.

Sesuai perkembangan teknologi informasi, PT. NET MEDIATAMA INDONESIA didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses dimanapun.
NET TV sendiri sudah merancang program-program yang akan mengisi acara nya nanti, program-programnya antara lain Lentera Indonesia, Indonesia Bagus dan lainnya, walaupun saat ini baru memulai siaran percobaan, namun sebagian dari program-programnya sudah ditayangkan.

Acara Favorit NET.TV

1. Lentera Indonesia
Program dokumenter yang diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karir dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun

2. Indonesia Bagus
Program feature dokumenter yang tidak hanya menampilkan keindahan alam Indonesia tetapi juga keunikan kehidupan berbudayanya. Program ini menampilkan penduduk asli daerah tersebut sebagai narator sekaligus pembawa cerita.

3. Ilook
Program yang membahas berbagai pernak-pernik yang berhubungan dengan penampilan/style/fashion, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Program ini juga akan memberikan tips fashion yang bermanfaat dan dapat menjadi acuan fashion bagi masyarakat Indonesia.

4. The Comments
5. We Sing For You, dan masih banyak lagi program acara favorit lainnya
Buat kamu yang TVnya belum ada channel NET.TV silahkan dicari dengan data-data berikut ini.
Chanel TV analog:
Jakarta 27 UHF, Medan 43 UHF, Bandung 30 UHF, Surabaya 58 UHF, Denpasar 39 UHF, Malang 27 UHF, Garut 36 UHF, Kediri 27 UHF, Madiun 56 UHF, Jember 56 UHF.
Live Streaming:
@YouTube : http://www.youtube.com/user/netmediatama
http://www.netmedia.co.id/live
Satelit:
Channel : Net Media
Satelite : PALAPA D
Frekuensi Transponder : 4006 Mhz
Symbol Rate : 6400 MSymb
Video PID : 308
Audio1 PID : 256
Audio2 PID : -
PCR PID : 308
Polarisasi : Vertikal
System Enkripsi : DVB-S/MPEG-2
TV Kabel:
Firsmedia : ch 16

Jadwal Acara NET. TV

05.00 WIB: kobochan
05.30 WIB: ninja hatori
06:00-08:00 WIB: indonesia morning show
09:00-12.00 WIB: entertainment news
12:00 WIB: net 12 news
13:00 WIB: taiji panda
13:30 WIB: ninja hatori
14:00 WIB: daigunter
14:30 WIB: code lyoko
15:00 WIB: tertle island
15:30 WIB: kobochan
16:00 WIB: breakout
17:00 WIB: net 17 news
18:00-20:00 WIB: entertainment news
20:00 WIB: the comments
21:00 WIB: x-games
22:00 WIB: tonight show
23:00 WIB: entertainment news
24:00 WIB: net 24

Oke, NET. TV akan secara resmi dilaunching pada tanggal 26 Mei 2013 ini. Semoga kedepannya NET.TV bisa menjadi salah satu saluran televisi terbaik di Indonesia yang memberikan acara-acara yang bermanfaat buat kita semua. Selamat menyaksikan NET.TV

Biografi Neymar Da Silva Santos



Nama Lengkap : Neymar da Silva Santos
Nama panggilan : Neymar
Tanggal lahir : 5 Februari 1992
Tempat lahir : Brasil
Klub saat ini : Santos FC
Posisi bermain : Penyerang
Kebangsaan : Barsil
Nomor Punggung : 11

Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo memang menjadi pemain terhebat dunia saat ini. Namun, pemain berkebangsaan Brasil bernama Neymar juga layak untuk disandingkan dengan kedua pemain tersebut. Bahkan, saat ini ia disebut-sebut sebagau kandidat pemain terbaik dunia di masa mendatang lantaran memiliki potensi dan bakat yang snagat luar biasa di setiap pertandingan.


Kini, pemain kelahiran 5 Februari 1992 ini dikabarkan menjadi pemain yang sedang diincar sejumlah klub besar Eropa, seperti Manchester United, Real Madrid, Barcelona dan Paris Saint Germany. Namun, pemain yang saat ini tengah menekuni kariernya di klub Liga Brasil itu mengakui masih sangat nyaman bermain di Santos FC.

Neymar da Silva Santos memulai kariernya di dunia sepakbola dunia sejak ia memasuki usia 11 tahun. Sejak awal, ia telah tergabung bersama Santos FC junior dan ial mendapatan pelatihan selama 6 tahun di klub tersebut. Di tahun 2009, tepatnya saat ia telah berusia 17 tahun, Neymar dialihkan ke Santos FC senior.

Sejak tahun 2009 menekuni karier sepakbolanya di Santos FC, hingga saat ini Neymar sudah berhasil meraih 81 gol dari 152 laga yang diikutinya bersama klub Brasil. Tidak hanya itu, selama ia tergabung dalam Timnas Brasil, Neymar juga tergabung dengan Timnas U17, Timnas U20 dan Timnas Senior Brasil.

Selama menjalani kariernya di Brasil ia sudah berhasil menyumbangkan 18 gol. Neymar da Silva Santos memiliki kemampuan bermain dari segi keakurasian, skill dan kecepatan yang sangat luar biasa. Tak heran jika ia banyak diingini oleh sejumlah klub besar di Eropa.

Neymar di Barcelona
        
Gaji tinggi bakal diterima Neymar usai memutuskan bergabung dengan Barcelona sekaligus menolak pinangan Real Madrid. menurut sang agen, Wagner Ribeiro, pemain Santos tersebut akan menerima gaji setara dengan Kaka di Santiago Bernabeu.
"Dia akan menerima lebih sedikit dari Lionel Messi, tetapi dengan gaji seperti Kaka saat ini di Real Madrid. "Dia telah berkembang dan memilih uang. Dia diminta bermain untuk Barcelona seperti klub itu ada di hatinya. [Presiden Madrid] jatuh cinta pada Neymar, dia sangat menginginkannya," ungkap Ribeiro.Tidak disebutkan berapa dana yang harus dikeluarkan Barca untuk mendapatkan Neymar. Situs resmi Blaugrana hanya menyebutkan bahwa striker berusia 21 tahun itu akan diikat dengan kontrak berdurasi lima musim."Dia berbicara di telepon seama 15 menit dengan saya dan berterima kasih pada sikap saya karena dia tahu saya tidak menyembunyikan apapun. Jika dia [Neymar] anak saya, saya ingin dia bermain untuk Real Madrid," tambah sang agen. Sebelumnya, kabar akan hijrahnya Neymar ke Eropa memang makin kencang berembus setelah Santos mengaku telah menerima tawaran untuk Neymar dari dua klub, yang kabarnya Barca dan Real Madrid. Santos kemudian membiarkan Neymar untuk memilih salah satu dari dua klub tersebut. Akhirnya, Neymar menjatuhkan pilihannya ke Barca."FC Barcelona telah mencapai kesepakatan dengan Santos untuk mendapatkan Neymar. Pemain asal Brasil ini akan bergabung dengan FC Barcelona untuk lima musim ke depan," demikian bunyi pernyataan resmi klub itu, seperti dilaporkan Associated Press.

Jumat, 24 Mei 2013

Robert Downey Jr. Akan Garap Film 'Pinocchio'

       
Setelah sukses selesai membintangi ‘Iron Man 3′, kini Robert Downey Jr. telah menyiapkan film baru yang berjudul ‘Pinocchio’. Film adaptasi dongeng ini dikatakan merupakan ide dari Robert sendiri. Dia juga mengakui bahwa dia ingin memerankan karakter Geppetto dalam film tersebut.
Selain bermain dalam film tersebut, Robert juga akan duduk di kursi produser bersama istrinya, Susan Downey. Dan saat ini, Robert dikabarkan sedang berburu sutradara yang cocok untuk film yang akan digarapnya ini. Sebelumnya dia sempat berbicara dengan Tim Burton untuk mengarahkannya, namun Tim tampaknya tidak tertarik untuk menjadi sutradara ‘Pinocchio’.
Dan dia juga mengincar komedian Ben Stiller untuk memerankan sebagai Pinocchio. Dan baru-baru ini Robert telah merubah cerita ‘Pinocchio’ menjadi lebih menarik dan kreatif sehingga membuat Warner Bros. Pictures senang. Sementara Warner Bros. tertarik untuk melanjutkan proyek ini, namun sayangnya, hingga saat ini belum ada kepastian apakah Ben bersedia bergabung dalam film tersebut.

Selasa, 21 Mei 2013

Sandpainting

Sandpainting is the art of pouring colored sands, powdered pigments from minerals or crystals, and pigments from other natural or synthetic sources onto a surface to make a fixed, or unfixed sand painting. Unfixed sand paintings have a long established cultural history in numerous social groupings around the globe, and are often temporary, ritual paintings prepared for religious or healing ceremonies. It is also referred to as drypainting.
Drypainting is practiced by Native Americans in the Southwestern United States, by Tibetan and Buddhist monks, as well as Australian Aborigines, and also by Latin Americans on certain Christian holy days.

Native American sandpainting


Navajo sandpainting, photogravure by Edward S. Curtis, 1907, Library of Congress
In the sandpainting of southwestern Native Americans (the most famous of which are the Navajo), the Medicine Man (or Hatałii) paints loosely upon the ground of a hogan, where the ceremony takes place, or on a buckskin or cloth tarpaulin, by letting the colored sands flow through his fingers with control and skill. There are 600 to 1000 different traditional designs for sandpaintings which are known to the Navajo. They do not view the paintings as static objects, but as spiritual, living beings to be treated with great respect. More than 30 different sandpaintings may be associated with one ceremony.
The colors for the painting are usually accomplished with naturally colored sand, crushed gypsum (white), yellow ochre, red sandstone, charcoal, and a mixture of charcoal and gypsum (blue). Brown can be made by mixing red and black; red and white make pink. Other coloring agents include corn meal, flower pollen, or powdered roots and bark.
The paintings are for healing purposes only. Many of them contain images of Yeibicheii (the Holy People). While creating the painting, the medicine man will chant, asking the yeibicheii to come into the painting and help heal the patient.
When the medicine man finishes painting, he checks its accuracy. The order and symmetry of the painting symbolize the harmony which a patient wishes to reestablish in his or her life. The accuracy of a sandpainting is believed to determine its efficacy as a sacred tool. The patient will be asked to sit on the sandpainting as the medicine man proceeds with the healing chant. The sandpainting acts as a portal to attract the spirits and allow them to come and go. Sitting on the sandpainting helps the patient to absorb spiritual power, while in turn the Holy People will absorb the illness and take it away. Afterward, when the sandpainting has done its duty, it is considered to be toxic, since it has absorbed the illness. For this reason, the painting is destroyed. Because of the sacred nature of the ceremonies, the sandpaintings are begun, finished, used, and destroyed within a 12-hour period.

Navajo sandpainting, photo by H.S. Poley, published c. 1890-1908, Library of Congress
The ceremonies involving sandpaintings are usually done in sequences, termed 'chants', lasting a certain number of days depending on the ceremony. At least one fresh, new sandpainting is made for each day.
Some Navajo laws and taboos relate to the sandpaintings, and protect their holiness:
  • Women are not supposed to sing the chants associated with the yeibicheii. This is both because the ceremony has a possibility of injuring an unborn child, and because of a taboo preventing menstruating women from attending. (Many cultures considered menstruation and presence of blood to be powerful spiritual events that had to be restrained, as they represented life forces.) Post-menopausal women are more likely to be chanters or diagnosticians.
  • One is not supposed to pretend to be a medicine man creating a sandpainting, or mock the medicine man in any way by mimicking him. Both the medicine man and the yeibicheii may punish you.
  • Authentic sandpaintings are rarely photographed, so as to not disrupt the flow of the ceremony. For many reasons, medicine men will seldom allow outsiders inside a sacred ceremony. Because so many outsiders are curious about sandpainting, some medicine men may create pieces for exhibition purposes only, using reversed colors and variations. To create an authentic sandpainting solely for viewing would be a profane act. The sandpaintings for sale in shops and on the Internet are commercially produced and contain purposeful errors, as the real sandpaintings are considered sacred.
  • The earliest credited instance of traditional Navajo sandpaintings (being rendered in colored sands as opposed to tapestry or other media) being created in a permanent form for commercial sale, have been traced to the period between 1945 and 1955. The main credit is generally given to a Navajo Hatałii named Fred Stevens, Jr. (Grey Squirrel), who developed the primary method of "permatizing" for commercial sandpaintings that is still in use today.

Indigenous Australian sandpainting

Indigenous Australian art has a history which covers more than 30,000 years, and a wide range of native traditions and styles. These have been studied in recent decades and their complexity has gained increased international recognition. Aboriginal Art covers a wide variety of media, including sandpainting, painting on leaves, wood carving, rock carving, sculpture, and ceremonial clothing, as well as artistic embellishments found on weaponry and also tools. Art is one of the key rituals of Aboriginal culture. It was and still is, used to mark territory, record history, and tell stories about "The Dreaming".

Tibetan sandpainting

Tibetan Buddhist sand paintings usually composed mandalas. In Tibetan, it is called dul-tson-kyil-khor (mandala of colored powders).
The sand is carefully placed on a large, flat table. The construction process takes several days, and the mandala is destroyed shortly after its completion. This is done as a teaching tool and metaphor for the "impermanence" (Pali: anicca) of all contingent and compounded phenomena (Sanskrit: Pratītya-samutpāda).
The mandala sand-painting process begins with an opening ceremony, during which the lamas, or Tibetan priests, consecrate the site and call forth the forces of goodness. They chant, declare intention, mudra, asana, pranayama, do visualisations, play music, recite mantras, etc.
On the first day, the lamas begin by drawing an outline of the mandala to be painted on a wooden platform. The following days see the laying of the colored sands, which is effected by pouring the sand from traditional metal funnels called chak-pur. Each monk holds a chak-pur in one hand, while running a metal rod on its serrated surface; the vibration causes the sands to flow like liquid.
Formed of traditional prescribed iconography that includes geometric shapes and a multitude of ancient spiritual symbols (e.g.: Ashtamangala and divine attributes of yidam), seed syllables, mantra, the sand-painted mandala is used as a tool or instrument for innumerable purposes. A primary purpose is to reconsecrate the earth and its inhabitants.

Other countries

The development of permanent sandpaintings from the 15th to the 20th century

Japanese tray pictures

From the 15th century in Japan, Buddhist artists in the times of the shoguns practiced the craft of bonseki by sprinkling dry colored sand and pebbles onto the surface of plain black lacquered trays. They used bird feathers as brushes to form the sandy surface into seascapes and landscapes. These tray pictures were used in religious ceremonies. Japanese esoteric Buddhism was transmitted from East Central Asia after the 8th century, and thus these Japanese Buddhist sandpaintings may share earlier historical roots with the more intricate brightly coloured Buddhist sand mandalas created by Tibetan Buddhist monks.

Table decking

During the 17th and 18th centuries, the royal courts of Europe employed "table deckers", who decorated the side tables at royal banquets having adapted the craft of 'bonseki' from the Japanese. The table deckers sprinkled coloured sands, marble dust, sugars, etc. upon the surface of plain white tablecloths to create unfixed pictures of fruit, flowers, birds and rustic scenery. In between each design spaces were left for fruit bowls and sweetmeat dishes so that the diners could refresh themselves in between the main courses of the feast. These ornate pictures were discarded along with the debris of the meal.
As a fine example of the table deckers' craft, Woburn Abbey in Bedfordshire, England possesses an ornate folding screen with three panels, decorated with sand pictures protected by glass. The centre one has five spaces for sweetmeat pyramid dishes while the two side leaves of the screen have three spaces for fruit trays. There are four sand pictures in each corner of the side panels of the screen, featuring 18th-century pastoral scenes, while the remaining areas of the screen are decorated with butterflies, doves, fruit, flowers, etc. The screen would be laid upon the surface of a side table. It doubled as a serving base for elaborate porcelain dishes and glass trays containing fruits, bonbons and sweetmeats, from which the hosts and their guests could help themselves while socializing or stretching their legs between the multiple courses being served on the main table in the dining hall. This screen may have been the work of the German artisan F. Schweikhardt, who specialised in still-life studies in the style of the Dutch painter Jan van Huysum.

Georgian sand painting (Marmotinto)

In the 18th and 19th centuries when the House of Hanover ruled in England, "table decking" was introduced to the court at Windsor Castle by sand artists from Germany. The most accomplished were George Haas, Benjamin Zobel and F. Schweikhardt. They created fixed sand paintings (marmotinto in Italian) which were highly prized for acquisition by many of the English aristocracy, including the King's brother, the Duke of York, who commissioned a number of works by Zobel.
Zobel depicted "pigs in the manner of Morland"; "Nelson", the favourite dog of the Duke of York; "Tiger after George Stubbs", and an impressive "Vulture and snake." Although many of Zobel's works have survived, none of those by Haas has. Observers considered his work superior to that of Zobel. This may reflect the differing techniques used by each artist. A diarist observed Zobel's coating the surface of the baseboard with a mixture of gum arabic and white lead and sprinkling sand upon the sticky surface using a folded paper funnel as a brush. He had to work quickly since the adhesive would dry in a few hours. Several of his surviving pictures have unfinished work on the reverse.
Haas followed more closely the techniques developed in Japan, but mixing dry powdered gum arabic with the sand, sprinkling the mixture through a sieve and using feathers as brushes to create the pictures upon the baseboard, then fixing them by some method which he kept a secret. Unfortunately, due to the damp conditions in many of the stately homes of the day, his pictures failed to last more than a few years. On one occasion Haas was called away while working on an unfixed sand picture. When he returned he found one of Windsor Castles' cats curled up on the picture, damaging it.
Eventually Zobel returned to Memmingen in Bavaria where he continued to successfully pursue his craft. Some of his work is displayed in Memmingen Town Hall. The unfortunate Haas had to give up sand painting - probably due to the ongoing disasters with his pictures. He opened a bakers shop in Windsor instead, though the icing on his cakes may well have been decorated with pictures in coloured sugar instead of sand.
With the passing of these Georgian craftsmen and the disposal of the Duke of York's collection the interest and skills evolved in sand picture work declined. The only Royal personage to take further interest in the craft was the late Queen Mary, consort to George V who bequeathed her Georgian sand paintings to the Victoria and Albert Museum, and her collection of Isle of Wight sand pictures to Carisbrooke Castle Museum on the Isle of Wight.
In the first half of the 20th century Lt. Colonel Rybot was a keen collector of sand paintings, which were the source material of the articles written on the subject in the arts and crafts magazines of the day. Eventually 37 of his collection of sand paintings were the main feature at an auction held at Sotheby's New Bond Street gallery on June 15, 1956.

Holiday souvenirs - Victorian sand pictures

Thousands of sites exist where it is possible to collect natural coloured sands for craftwork, with an infinite variety of colours being available around the globe varying with the contents of the mineral charged waters leeching through the sands. But for the tourist the vertical sand cliffs at Alum Bay on the Isle of Wight form the central portion of a visual geological phenomenon (best viewed after a shower of rain) which encapsulates the impressive chalk spires of The Needles and Tennyson Downs. Aspiring sand crafters are now banned from risking their lives climbing the cliffs to collect the 21 coloured sands available in the bay, and to prevent excessive damage to the environment, but the sand kiosks have in the past been there to supply their needs. Unfortunately due to mailing costs the current management are no longer able to supply quantities of Alum Bay sands by mail order.
After her marriage to Prince Albert and having chosen Osborne House near Cowes to be her new family retreat, Queen Victoria was the prime mover in the gentrification of this former backwater, local artisans benefitted from the influx of wealthy visitors, and a number of craftsmen sold their fixed sand pictures and unfixed sand jars featuring views of the Island as unique keepsakes of the Isle of Wight.
Some of these sand pictures were small and crude and left unsigned, but Edwin and John Dore of Arreton produced some fine work in the 1840s. The pictures were of postcard size and the subject matter local views such as Carisbrooke Castle, and other touristy subjects. Edwin always signed his quaint pictures in a fine hand with a mapping pen and Indian ink, one of his most successful mass-produced subjects being 'Collecting birds eggs on Needles Cliffs'. John Dore used a card embellished with a printed border of lace design on which to execute his sand pictures although the quality of his work was inferior to that of his brother.
Few of the Island sand artists filled in the sky, giving that detail a light colourwash as a finishing touch, sometimes leaving doors and windows free of sand which would be blocked in with Indian ink. In the 1860s and 1870s J. Symons of Cowes kept up the good work, producing local views much larger than postcard size, mounted in glazed oak or maple frames and signed with the artist's signature on the reverse. The father and son team the Neates of Newport sold their works from a stall outside Carisbrooke Castle gates where visitors were offered sand pictures and sand jars priced from 1/- to 2/6 each and the son grew his fingernails abnormally long in order to distribute the sand on his pictures. During the 1930s and 1940s R.J.Snow of Lake came nearest to producing sand pictures in the manner of the Georgian craftsmen, but postcard size, although he did produce some fine commissioned work, particularly a view of Oddicombe in Devon, in which the sea and sky were also 'painted' in sand, but after the war years the quality of the postcard sand pictures deteriorated with the mass-produced article with little taste or skill being offered for sale for a few shillings.

Sand Bottles

In the 1860s to 1890s Andrew Clemens a deaf mute born in Dubuque, Iowa, U.S.A. became the undisputed master of the craft of creating unfixed pictures using multicoloured sands collected from the bluffs overlooking the Mississippi and compressed inside glass bottles or ornate chemist jars. The subjects of his sand bottles included ornately decorated sentimental verses, sailing ships, portraits — including George Washington, as well as exotic birds, plants and animals. His sand bottles have become museum pieces and highly prized antiques which nowadays sell at auction for thousands of dollars. He exhibited his work at the St. Louis trade fair and having spent hours creating a picture in a bottle would demonstrate to an incredulous audience that the picture inside was unfixed by destroying the bottle with a hammer, but being a true showman he was never short of commissions. One customer was a soldier who came to collect a pair of jars that he had ordered for his true love, but as he held the jars aloft to admire the superb handiwork they briefly touched and in an instant smashed to pieces on the floor! But so as not to disappoint his cherie he willingly paid up for replacements to be collected during his next leave.

Sand carpets


Sandpainting on the tiled floor (on the wall are handpainted decorated tiles)
In the province of Drenthe in the Netherlands in the late 19th, early 20th centuries it was custom to use a stiff broom to sweep patterns in white sand to form simple decorations on the tiled floors of the houses, mostly for special occasions or celebrations. The next day it was swept up again. This custom was also practiced in Northern Belgium by the Dutch speaking communities while in Hekelgem, 1973 was the centenary year of the craft of "Old Zandtapijt". The hotels and cafes would employ artisans to strew ornate sand pictures in unfixed coloured sands on the tiled floors of their premises to encourage passing tourists to halt and enjoy local hospitality on their way towards Brussels. Roger de Boeck, born in 1930, was a well-respected exponent of this craft, who used glue to fix his sand pictures to a suitable base selling them to visitors to his atelier. In addition to biblical scenes, his finest works included a portrait of H M Queen Elizabeth 1953, and President Kennedy, in the early 60s. This craft continues to this day and a booklet to celebrate the centenary was published on 1 February 1973.

Modern culture

In modern days, sandpainting is most often practiced during Dia de los Muertos (Day of the Dead) in Mexico and the United States. Streets are decorated with sand paintings that are later swept away, symbolizing the fleeting nature of life. Of note are the sandpaintings done during the Seattle Dia De Muertos Festival, but the most exciting development has been the Performance Art of Sand Animation which has created a new wave of younger artists and also revived interest in all types of sand painting.

Present-day sand painting techniques

With a huge surge of interest in craft subjects having a serious environmental slant and a spate of craft magazines encouraging readers to try it for themselves, permanent sand painting skills have improved dramatically the quality and variety of work available in this medium and has resulted in its being included on the recently created 'Wikicollecting' site. The environmental aspects of a craft with which one can compose such quirky creations have much to commend them to a wider, more appreciative audience, and with the exception of the nontoxic adhesives used, all the work shown below consists of re-cycled and found materials and no preparatory drawing is made. Dry naturally occurring oxidised and mineral-charged coloured sands, perhaps with the addition of powdered charcoal to widen the palette, are sprinkled through a sieve or 'drawn' with a paper funnel onto the area of the picture being worked on, and then blended in - either with a discarded feather 'brush' or gently blown into position with a drinking straw before being permanently fixed to a plywood offcut which is used as a 'canvas'. Having been allowed to dry, the sand painter moves on to the next section of the picture. Any minor adjustments or snags are sorted before the work is given a final coat of varnish which intensifies the depth of colour but without the disadvantage of surface reflection which occurs in the case of many oil paintings.

 In Indonesia

 Niar Lazza is a Sand Artist from Bali, Indonesia. Niar starts her journey as a sand artist since latest 2009. Up until now, she created a lot of sand paintings, sand stories/ movies and also performed many sand animations in front of public. One of Her Sand Animation Live Performance in front of public on June 18, 2011 with tittle 'Everybody Hurts' which is dedicated as a tribute to Bali Bomb victims was impressed many people. Using only her fingers, Niar draws with sand on a lighting box, with a touching music, Niar expressed her feeling to every sand story she made. Niar touches the audience hearts with her sand.



the husband and wife painters sand (sand couples)

Vina Candrawati & Denny Darko




Senin, 13 Mei 2013

practical instrument

Guitar

\
Piano




Drum






Harmonica

Weirdest Insurance



1. Hairy Situations

A good mustache is a thing of beauty, and apparently it can be very valuable as well. Cricket player Merv Hughes insured his mustache for a remarkable$370,000. This number is dwarfed by the astounding $7,000,000 insurance policy issued to cover the chest hair of singer Tom Jones.

2. Tastes Like Money to Me

Believe it or not, there’s actually an insurance policy that will cover your taste buds. Food critic Egon Ronay had his taste buds insured for a whopping $393,000.

3. Sitting On a Fortune

Would you pay $27 million dollars for a seat? Apparently there is an insurance company willing to pay that much for J. Lo's. The actress/singer, Jennifer Lopez, reportedly secured a $27 million dollar policy for her butt. Yes, that's 27 followed by six zeros, if they actually wind up writing a check to cover it.

4. Can't Buy Me Love

You can’t buy love, but apparently you can insure against it. Lloyd's of London issued a $100,000 dollar policy to protect a photographer if his prize model married. Did she get married? Yes, but only after the policy had expired.

5. The Sky Is Falling

Chicken Little may have rested a little easier with the proper insurance coverage. Such as an insurance policy was offered and actually issued to cover “death caused by accident” in the form of a falling sputnik.  In the 52 years since Sputnik was launched, there has yet to be a recorded instance of death caused by falling satellite, shuttle, or space station parts.

6. A Million Year Payout

Which insurance pays you back as much as $1 a year for a million years? Alien abduction insurance of course. Why get your money all at once when you can stretch the benefits out for a million years! I guess the upside to getting abducted is a small but steady income stream that will be difficult to outlive.  St. Lawrence Agency in Florida was the first company to offer this unique coverage – and it says that it has paid out at least two claims.

7. No Laughing Matter

What happens when a comedy team has irreconcilable differences? Abbott and Costello didn't take any chances. The famous duo took out an insurance policy for a quarter of a million dollars to cover them if an argument split their team.

8. Seeing Things Straight

20/20 vision may be great for reading, but sometimes it pays more to be cross-eyed. Ben Turpin was a famous silent film actor with crossed eyes. In Hollywood you make money by standing out, not by fitting in. That's why Ben took out an insurance policy which would pay him handsomely if his eyes were to ever become uncrossed.

9. Cold Feet

Being left at the altar would leave a bride-to-be with emotional damages (like poor Edith in Downton Abbey). And what about the financial damages? One in five weddings is now insured against unexpected cancellations.  But read the policy closely – some policies require the cancellation has to be for reasons "beyond the policy holder's control."

10. I Only Ordered One of These Babies

What happens when momma delivers two babies instead of one? If you were smart enough to get multiple-birth insurance, you may be picking up a check to help with the costs of your surprise family addition.

Rabu, 08 Mei 2013

Dede Sunandar




     
Bagi para penggemar tayangan Opera Van Java (OVJ) yang ditayangkan stasiun televisi Trans7, pasti sering menyaksikan sosok figuran yang kerap dijadikan obyek keusilan Sule, Parto, Azis Gagap maupun Andre Taulany. Siapakah gerangan dia?

Pemain "tambahan" OVJ tersebut bernama Dede Sunandar. Pemuda asal Ciamis kelahiran 19 September 1990 ini mampu menyedot perhatian para pemirsa Trans7. Namun tidak banyak yang tahu latarbelakang Dede OVJ ini.
Dede membuka jati dirinya. "Saya cleaning service di Trans7. Sekarang masih sebagai cleaning service dan biasa membersihkan halaman di depan Trans7," ungkapnya tanpa malu-malu.

Ketika ditanya kenapa bisa sering diajak main OVJ di beberapa episodenya, Dede menceritakan, awalnya dari sebuah kecelakaan. Pada suatu hari dia diajak oleh tim kreatif OVJ untuk ikut syuting.
"Waktu itu saya pas lagi bersih-bersih, namun tiba-tiba ada satu anggota tim kreatif OVJ memanggil saya dan meminta saya untuk segera ganti baju. Eh nggak tahunya malah saya disuruh ikut syuting bareng OVJ," ujar Dede.

Seingatnya, peristiwa itu terjadi sebelum bulan puasa kemarin. Ketika ditanya rencananya kedepan setelah wajahnya kerap masuk televisi bersama artis-artis kenamaan, Dede justru memiliki jawaban yang sederhana.

"Kalau ke depan saya nggak tahu mau bagaimana. Tapi saya senang ikut tim OVJ," tambahnya. Dede sendiri mengaku gembira ikut datang ke Bandung untuk memeriahkan Roadshow OVJ di Kota Kembang ini. Dan itu merupakan tour pertamanya bersama Team OVJ.

Sementara itu Parto Patrio yang merupakan komedian senior di OVJ mengaku salut dengan talenta humor Dede. Menurutnya Dede punya bakat di bidang komedi dan apabila terus diasah bisa lebih bagus lagi. "Saya rasa dia (Dede, red) bagus. Tinggal dia saja mengasahnya. Bisa saja kedepan Dede jadi komedian hebat," puji Parto kepada Dede.